Router

All posts in the Router category

Pengenalan Routing jilid II

Published 23 Oktober 2013 by admin

Dalam pembahasan kali ini lebih di khususkan untuk pengaplikasian dari setiap metode routing yang sering di pakai, tanpa banyak basa basi kali ini kita akan langsung memulai pembahasannya :

1. Konsep OSPF

Setelah membahas sekian banyak jenis routing protokol yang umum digunakan dalam jaringan, kali ini yang akan dibahas adalah sebuah routing protokol yang paling terkenal dalam dunia jaringan lokal berskala menengah hingga besar. Khususnya para administrator jaringan berskala menengah sampai besar, paling tidak pernah mengenal routing protokol yang satu ini walaupun belum pernah mengimplementasikannya. Routing protokol ini bernama Open Shortest Path First atau yang lebih sering disebut
dengan nama OSPF.

Mengapa dikatakan paling terkenal? Yang menyebabkan OSPF menjadi terkenal adalah karena routing protokol ini notabene adalah yang paling cocok digunakan dalam jaringan lokal berskala sedang hingga enterprise. Misalnya di kantor-kantor yang menggunakan lebih dari 50 komputer beserta perangkat-perangkat lainnya, atau di perusahaan dengan banyak cabang dengan banyak klien komputer, perusahaan multinasional dengan banyak cabang di luar negeri, dan banyak lagi. Mengapa dikatakan paling cocok? Karena OSPF
memiliki tingkat skalabilitas, reliabilitas, dan kompatibilitas yang tinggi. Mengapa demikian? Nanti akan dibahas satu per satu di bawah.

Selain paling cocok, kemampuan routing protokol ini juga cukup hebat dengan disertai banyak fitur pengaturan. Sebuah routing protokol dapat dikatakan memiliki kemampuan hebat selain dapat mendistribusikan informasi routing dengan baik juga harus dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan penggunanya. OSPF memiliki semua ini dengan berbagai pernak-pernik pengaturan dan fasilitas di dalamnya.

OSPF memang sangat banyak penggunanya karena fitur dan kemampuan yang cukup hebat khususnya untuk jaringan internal sebuah organisasi atau perusahaan. Dibandingkan dengan RIP dan IGRP, yang sama-sama merupakan routing protokol jenis IGP (Interior Gateway Protocol), OSPF lebih powerful, skalabel, fleksibel, dan lebih kaya akan fitur.

Apa Sebenarnya OSPF?

OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, Anda masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal.

Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan.

OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area. Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan.

Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing protocol yang selalu berusaha untuk bekerja demikian.

Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.

Bagaimana OSPF Membentuk Hubungan dengan Router Lain?
Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga.

Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbour router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol.

Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point.

Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol dan pembentukan neighbour router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router OSPF berjalan.

OSPF Bekerja pada Media Apa Saja?


Seperti telah dijelaskan di atas, OSPF harus membentuk hubungan dulu dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi seputar informasi routing. Untuk membentuk sebuah hubungan dengan router tetangganya, OSPF mengandalkan Hello protocol. Namun uniknya cara kerja Hello protocol pada OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut:

  • Broadcast Multiaccess
    Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam pencarian router-router neighbour-nya. Namun ada yang unik dalam proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR). Apa itu DR dan BDR akan dibahas berikutnya.
  • Point-to-Point
    Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-to-Point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Back-up-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai neighbour. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan-pesan lainnya menggunakan alamat multicast bernama AllSPFRouters 224.0.0.5.
  • Point-to-Multipoint
    Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan Point-to-Point yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya. Pesan-pesan routing protocol OSPF akan direplikasikan ke seluruh jaringan Point-to-Point tersebut.
    Pada jaringan jenis ini, traffic OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis broadcast multi-access adalah tidak adanya pemilihan Designated dan Backup Designated Router karena sifatnya yang tidak
    meneruskan broadcast.
  • Nonbroadcast Multiaccess (NBMA)
    Media berjenis Nonbroadcast multi-access ini secara fisik merupakan sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-to-Point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah X.25 dan frame relay yang sudah sangat terkenal dalam menyediakan solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan media ini pun dikenal dua jenis penggunaan, yaitu jaringan partial mesh dan fully mesh.
    OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa meneruskan broadcast ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka dari itu untuk penerapan OSPF dalam media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR yang dilakukan secara manual. Setelah DR dan BDR terpilih, router DR akan mengenerate LSA untuk seluruh jaringan.
    Dalam media jenis ini yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki koneksi langsung ke seluruh router tetangganya. Semua traffic yang dikirimkan dari router-router neighbour akan direplikasikan oleh DR dan BDR untuk masing-masing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau seperti layaknya proses OSPF pada media Point-to-Point.

Bagaimana Proses OSPF Terjadi?


Secara garis besar, proses yang dilakukan routing protokol OSPF mulai dari awal hingga dapat saling bertukar informasi ada lima langkah. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:

1. Membentuk Adjacency Router 
Adjacency router arti harafiahnya adalah router yang bersebelahan atau yang terdekat. Jadi proses pertama dari router OSPF ini adalah menghubungkan diri dan saling berkomunikasi dengan para router terdekat atau neighbour router. Untuk dapat membuka komunikasi, Hello protocol akan bekerja dengan mengirimkan Hello packet.

Misalkan ada dua buah router, Router A dan B yang saling berkomunikasi OSPF. Ketika OSPF kali pertama bekerja, maka kedua router tersebut akan saling mengirimkan Hello packet dengan alamat multicast sebagai tujuannya. Di dalam Hello packet terdapat sebuah field yang berisi Neighbour ID. Misalkan router B menerima Hello packet lebih dahulu dari router A. Maka Router B akan mengirimkan kembali Hello packet-nya dengan disertai ID dari Router A.

Ketika router A menerima hello packet yang berisikan ID dari dirinya sendiri, maka Router A akan menganggap Router B adalah adjacent router dan mengirimkan kembali hello packet yang telah berisi ID Router B ke Router B. Dengan demikian Router B juga akan segera menganggap Router A sebagai adjacent routernya. Sampai di sini adjacency
router telah terbentuk dan siap melakukan pertukaran informasi routing.

Contoh pembentukan adjacency di atas hanya terjadi pada proses OSPF yang berlangsung pada media Point-to-Point. Namun, prosesnya akan lain lagi jika OSPF berlangsung pada media broadcast multiaccess seperti pada jaringan ethernet. Karena media broadcast akan meneruskan paket-paket hello ke seluruh router yang ada dalam jaringan, maka adjacency router-nya tidak hanya satu. Proses pembentukan adjacency akan terus berulang sampai semua router yang ada di dalam jaringan tersebut menjadi adjacent router.

Namun apa yang akan terjadi jika semua router menjadi adjacent router? Tentu komunikasi OSPF akan meramaikan jaringan. Bandwidth jaringan Anda menjadi tidak efisien terpakai karena jatah untuk data yang sesungguhnya ingin lewat di dalamnya akan berkurang. Untuk itu pada jaringan broadcast multiaccess akan terjadi lagi sebuah proses pemilihan router yang menjabat sebagai “juru bicara” bagi router-router lainnya. Router juru bicara ini sering disebut dengan istilah Designated Router. Selain router juru bicara, disediakan juga back-up untuk router juru bicara ini. Router ini disebut dengan istilah Backup Designated Router. Langkah berikutnya adalah proses pemilihan DR dan BDR, jika memang diperlukan.

2. Memilih DR dan BDR (jika diperlukan)
Dalam jaringan broadcast multiaccess, DR dan BDR sangatlah diperlukan. DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut. Semua paket pesan yang ada dalam proses OSPF akan disebarkan oleh DR dan BDR. Maka itu, pemilihan DR dan BDR menjadi proses yang sangat kritikal. Sesuai dengan namanya, BDR merupakan “shadow” dari DR. Artinya BDR tidak akan digunakan sampai masalah terjadi pada router DR. Ketika router DR bermasalah, maka posisi juru bicara akan langsung diambil oleh router BDR. Sehingga perpindahan posisi juru bicara akan berlangsung dengan smooth.

Proses pemilihan DR/BDR tidak lepas dari peran penting Hello packet. Di dalam Hello packet ada sebuah field berisikan ID dan nilai Priority dari sebuah router. Semua router yang ada dalam jaringan broadcast multi-access akan menerima semua Hello dari semua router yang ada dalam jaringan tersebut pada saat kali pertama OSPF berjalan. Router dengan nilai Priority tertinggi akan menang dalam pemilihan dan langsung menjadi DR. Router dengan nilai Priority di urutan kedua akan dipilih menjadi BDR. Status DR dan BDR ini tidak akan berubah sampai salah satunya tidak dapat berfungsi baik, meskipun ada router lain yang baru bergabung dalam jaringan dengan nilai Priority-nya lebih tinggi.

Secara default, semua router OSPF akan memiliki nilai Priority 1. Range Priority ini adalah mulai dari 0 hingga 255. Nilai 0 akan menjamin router tersebut tidak akan menjadi DR atau BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router pasti akan menjadi DR. Router ID biasanya akan menjadi sebuah “tie breaker” jika nilai Priority-nya sama. Jika dua buah router memiliki nilai Priority yang sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah router dengan nilai router ID tertinggi dalam jaringan.

Setelah DR dan BDR terpilih, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan seluruh informasi jalur dalam jaringan.

3. Mengumpulkan State-state dalam Jaringan
Setelah terbentuk hubungan antarrouter-router OSPF, kini saatnya untuk bertukar informasi mengenai state-state dan jalur-jalur yang ada dalam jaringan. Pada jaringan yang menggunakan media broadcast multiaccess, DR-lah yang akan melayani setiap router yang ingin bertukar informasi OSPF dengannya. DR akan memulai lebih dulu proses pengiriman ini. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah yang memulai lebih dulu pengiriman data link-state OSPF tersebut pada jaringan Point-to-Point?

Untuk itu, ada sebuah fase yang menangani siapa yang lebih dulu melakukan pengiriman. Fase ini akan memilih siapa yang akan menjadi master dan siapa yang menjadi slave dalam proses pengiriman.

Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dahulu, sedangkan router slave akan mendengarkan lebih dulu. Fase ini disebut dengan istilah Exstart State. Router master dan slave dipilih berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Ketika sebuah router mengirimkan Hello packet, router ID masing-masing juga dikirimkan ke router neighbour.

Setelah membandingkan dengan miliknya dan ternyata lebih rendah, maka router tersebut akan segera terpilih menjadi master dan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Setelah fase Exstart lewat, maka router akan memasuki fase Exchange. Pada fase ini kedua buah router akan saling mengirimkan Database Description Packet. Isi paket ini adalah ringkasan status untuk seluruh media yang ada dalam jaringan. Jika router penerimanya belum memiliki informasi yang ada dalam paket Database Description, maka router pengirim akan masuk dalam fase loading state. Fase loading state merupakan fase di mana sebuah router mulai mengirimkan informasi state secara lengkap ke router tetangganya.

Setelah loading state selesai, maka router-router yang tergabung dalam OSPF akan memiliki informasi state yang lengkap dan penuh dalam database statenya. Fase ini disebut dengan istilah Full state. Sampai fase ini proses awal OSPF sudah selesai, namun database state tidak bisa digunakan untuk proses forwarding data. Maka dari itu, router akan memasuki langkah selanjutnya, yaitu memilih rute-rute terbaik menuju ke suatu lokasi yang ada dalam database state tersebut.

4. Memilih Rute Terbaik untuk Digunakan
Setelah informasi seluruh jaringan berada dalam database, maka kini saatnya untuk memilih rute terbaik untuk dimasukkan ke dalam routing table. Jika sebuah rute telah masuk ke dalam routing table, maka rute tersebut akan terus digunakan. Untuk memilih rute-rute terbaik, parameter yang digunakan oleh OSPF adalah Cost. Metrik Cost biasanya akan menggambarkan seberapa dekat dan cepatnya sebuah rute. Nilai Cost didapat dari perhitungan dengan rumus:
Cost of the link = 108 /
Bandwidth

Router OSPF akan menghitung semua cost yang ada dan akan menjalankan algoritma Shortest Path First untuk memilih rute terbaiknya. Setelah selesai, maka rute tersebut langsung dimasukkan dalam routing table dan siap digunakan untuk forwarding data.

5. Menjaga Informasi Routing Tetap Upto-date
Ketika sebuah rute sudah masuk ke dalam routing table, router tersebut harus juga me-maintain state database-nya. Hal ini bertujuan kalau ada sebuah rute yang sudah tidak valid, maka router harus tahu dan tidak boleh lagi menggunakannya.

Ketika ada perubahan link-state dalam jaringan, OSPF router akan melakukan flooding terhadap perubahan ini. Tujuannya adalah agar seluruh router dalam jaringan mengetahui perubahan tersebut.

Sampai di sini semua proses OSPF akan terus berulang-ulang. Mekanisme seperti ini membuat informasi rute-rute yang ada dalam jaringan terdistribusi dengan baik, terpilih dengan baik dan dapat digunakan dengan baik pula.

Jaringan Besar? Gunakan OSPF!
Sampai di sini proses dasar yang terjadi dalam OSPF sudah lebih dipahami, meskipun masih sangat dasar dan belum detail. Melihat proses terjadinya pertukaran informasi di atas, mungkin Anda bisa memprediksi bahwa OSPF merupakan sebuah routing protokol yang kompleks dan rumit. Namun di balik kerumitannya tersebut ada sebuah kehebatan yang luar biasa. Seluruh informasi state yang ditampung dapat membuat rute terbaik pasti terpilih dengan benar. Selain itu dengan konsep hirarki, Anda dapat membatasi ukuran link-state database-nya, sehingga tidak terlalu besar. Artinya proses CPU juga menjadi lebih ringan.

Daftar Pustaka:

  • pcmedia.or.id

Setting Mikrotik dan Quagga

Basic configure untuk ospf di quagga (asumsi zebra, ospfd sudah terinstall)

quangga1 (172.16.0.200/28) —— (172.16.0.204/28)Mikrotik

– config IP address di zebra
[ebenz@ebenz ~]$ telnet localhost 2601
Trying 127.0.0.1…
Connected to localhost.localdomain (127.0.0.1).
Escape character is ‘^]’.

Hello, this is Quagga (version 0.98.3).
Copyright 1996-2005 Kunihiro Ishiguro, et al.
User Access Verification
Password:
Router> en
Password:
Router#
Router# conf t
Router(config)# int eth0
Router(config-if)# ip ad
Router(config-if)# ip address 172.16.0.200/28
Router#

– config router ospf (ospfd)

ospfd# conf t
ospfd(config)# router ospf
ospfd(config-router)# ospf router-id 172.16.0.200
ospfd(config-router)# redistribute kernel
ospfd(config-router)# redistribute connected
ospfd(config-router)# redistribute static
ospfd(config-router)# network 172.16.0.192/28 area 0.0.0.1
ospfd(config-router)# default-information originate always
ospfd(config-router)# end

 Setting IP address Mikrotik

[admin@MikroTik] > ip address add address=172.16.0.204/28 interface=Backbone

– config routing ospf Mikrotik

[admin@MikroTik] > routing ospf set router-id=172.16.0.204
[admin@MikroTik] > routing ospf set distribute-default=never (note, neigbhor sudah aktif)
[admin@MikroTik] > routing ospf set redistribute-connected=as-type-2
[admin@MikroTik] > routing ospf set redistribute-static=as-type-2

– config area & network

[admin@MikroTik] > routing ospf area add area-id=0.0.0.1 name=area1
[admin@MikroTik] > routing ospf network add network=172.16.0.192/28 area=area1

secara basic dan default setting ospf di quangga dan mikrotik sudah selesai, tingal kita lihat statusnya
di Mikrotik dan quangga
Mikrotik ;
[admin@MikroTik] > routing ospf neighbor print
router-id=172.16.0.200 address=172.16.0.204 priority=1 state=”2-Way” state-changes=0 ls-retransmits=0 ls-requests=0 db-summaries=0 dr-id=172.16.0.204 backup-dr-id=0.0.0.0

ups, sepertinya belum full. Check debug ospf pada log ;

[admin@MikroTik] routing> /log print
13:08:01 ospf,debug Hello received from 172.16.0.200 via [eth1:172.16.0.204]
13:08:01 ospf,debug Hello from 172.16.0.200: invalid HelloInterval 3, expected 10
13:08:04 ospf,debug Hello received from 172.16.0.200 via [eth1:172.16.0.204]
13:08:04 ospf,debug Hello from 172.16.0.200: invalid HelloInterval 3, expected 10
13:08:05 ospf,debug Hello sent to 224.0.0.5 via[eth1:172.16.0.204]
13:08:07 ospf,debug Hello received from 172.16.0.200 via [eth1:172.16.0.204]
13:08:07 ospf,debug Hello from 172.16.0.200: invalid HelloInterval 3, expected 10
13:08:10 ospf,debug Hello received from 172.16.0.200 via [eth1:172.16.0.204]
13:08:10 ospf,debug Hello from 172.16.0.200: invalid HelloInterval 3, expected 10
13:08:13 ospf,debug Hello received from 172.16.0.200 via [eth1:172.16.0.204]
13:08:13 ospf,debug Hello from 172.16.0.200: invalid HelloInterval 3, expected 10

dari hasil log ada ketidak cocokan hellointerval antara quangga dan Mikrotik.
Check default hellointerval di quangga dan sesuaikan sesuai informasi log yaitu 10

ospfd# conf t
ospfd(config)# int eth0
ospfd(config-if)# ip ospf hello-interval 10
ospfd(config-if)# end

before quangga;
ospfd# sh ip ospf neighbor
Neighbor ID Pri State Dead Time Address Interface RXmtL RqstL DBsmL
before mikrotik;
router-id=172.16.0.204 address=172.16.0.204 priority=1 state=”2-Way” state-changes=0 ls-retransmits=0 ls-requests=0 db-summaries=0 dr-id=172.16.0.204 backup-dr-id=0.0.0.0

After quangga;

ospfd# sh ip ospf neighbor
Neighbor ID Pri State Dead Time Address Interface RXmtL RqstL DBsmL
172.16.0.204 1 Full/DR 00:00:39 172.16.0.204 eth0:172.16.0.200 0 0 0
After Mikrotik;
[admin@MikroTik] > routing ospf neighbor print
router-id=172.16.0.200 address=172.16.0.200 priority=0 state=”Full” state-changes=5 ls-retransmits=0 ls-requests=0 db-summaries=0 dr-id=172.16.0.204 backup-dr-id=0.0.0.0
router-id=172.16.0.204 address=172.16.0.204 priority=1 state=”2-Way” state-changes=0 ls-retransmits=0 ls-requests=0 db-summaries=0 dr-id=172.16.0.204 backup-dr-id=0.0.0.0

check route di quangga

Router# sh ip route
Codes: K – kernel route, C – connected, S – static, R – RIP, O – OSPF,
I – ISIS, B – BGP, > – selected route, * – FIB route

O>* 20.21.22.0/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 20.21.22.4/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 20.21.22.8/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 20.21.22.12/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 20.21.22.16/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 20.21.22.20/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 30.31.32.0/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 30.31.32.4/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 30.31.32.8/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 30.31.32.12/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 30.31.32.16/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.0/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.4/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.8/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.12/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.16/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.20/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.24/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.28/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
O>* 40.41.42.32/30 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12
C>* 127.0.0.0/8 is directly connected, lo
K>* 169.254.0.0/16 is directly connected, eth0
O 172.16.0.192/28 [110/10] is directly connected, eth0, 01:57:17
C>* 172.16.0.192/28 is directly connected, eth0
O>* 192.168.99.0/24 [110/20] via 172.16.0.204, eth0, 00:05:12

 

Cara membuat IP Tunnel pada cisco

Published 1 Februari 2013 by admin

Pasti kalian dah denger banyak tentang Tunneling. Tunneling itu diartikan sebagi suatu cara untuk engenkapsulasi (membungkus) paket IP didalam paket IP yang lain. Dimana titik dibelakang IP Tunnel akan memberikan paket IP melalui Tunnel yang dibuat dan mengirimkannya ke sebuah titik dibelakang tunnel yang lain. Atau bisa juga, suatu cara membuat jalur private (lokal) dengan menggunakan infrastruktur pihak ketiga / jalur public (Internet). Nah, Banyak protocol tunneling, ada EOIP, PPTP, dll. Dan kalii ini gue coba publish tunneling dg IPIP. Simple sich, namanya jg belajar….hehe

Protokol-Protokol Tunneling

Berikut adalah teknologi tunneling yang sudah ada :
1. SNA Tunneling over IP internetwork
2. IPX Tunneling for Novel Netware over IP Internetwork

Sedangkan teknologi tunneling yang baru diperkenalkan adalah :
1. Point to Point Tunneling Protocol (PPTP)
PPTP memungkinkan untuk mengenkripsikan paket IP, IPX dan NETBEUI lalu mengenkapsulasi dalam IP header untuk kemudian ditransfer melalui jaringan internet.

2. Layer Two Tunneling Protocol (L2TP)
L2TP memungkinkan untuk mengenkripsikan paket IP, IPX dan NETBEUI untuk kemudian dikirim melalui media yang mendukung point-to-point datagram seperti, IP, X.25, Frame Relay dan ATM.

3. IPSEC Tunnel mode
IPSEC memungkinkan untuk mengenkripsikan paket IP, mengenkapsulasikannya dalam IP header dan mengirimkannya melalui jaringan internet.
Agar saluran atau tunnel dapat dibuat, maka antara klien dan server harus menggunakan protokol yang sama. Teknologi tunneling dapat dibuat pada layer 2 atau layer 3 dari protokol tunneling. Layer-Layer ini mengacu pada model OSI (Open System Interconnection). Layer 2 mengacu kepada layer datalink dan menggunakan frame sebagai media pertukaran.
PPTP dan L2TP adalah protokol tunneling layer 2. Keduanya mengenkapsulasi data dalam sebuah frame PPP untuk kemudian dikirim melewati jaringan internet. Layer 3 mengacu kepada layer Network dan menggunakan paket-paket. IPSEC merupakan contoh protokol tunneling layer 3 yang mengenkapsulasi paket-paket IP dalam sebuah header IP tambahan sebelum mengirimkannya melewati jaringan IP.

Sumber Referensi :
Aris Wendy, Ahmad SS Ramadhana, 2005. Membangun VPN Linux Secara Cepat, Andi Yogyakarta.

Cara setting nya :
Scenarionya kurang lebih seperti ini :
1. Router yang ditengah,, adalah router gateway (INTERNET). Alokasi IP 10.8.8.X/24
Router ini biasa d,, gue naekin IP NAT OUTSIDE dan IP NAT INSIDE,, biar R6 dan R2 bisa internetan..
2. R2, IP 172.16.10.X merupakah IP B2B To Internet..dan ip tunneling nya 192.168.1.1/24
3. R2, IP 172.16.20.X merupakah IP B2B To Internet..dan ip tunneling nya 192.168.1.2/24

OK Confignya kurang lebih seperti ini.

Config R0

interface FastEthernet0/0
ip address 10.8.8.238 255.255.255.0
ip nat outside
!
interface FastEthernet1/0
ip address 172.16.10.1 255.255.255.0
ip nat inside
!
interface FastEthernet2/0
description To R2
ip address 172.16.20.1 255.255.255.252
ip nat inside

Config Router-6

interface Tunnel0
ip address 192.168.1.2 255.255.255.0
tunnel source 172.16.20.2
tunnel destination 172.16.10.2
tunnel mode ipip
tunnel key 235
!
interface FastEthernet0/0
description to Router-0
ip address 172.16.20.2 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
interface FastEthernet1/0
ip address 192.168.60.1 255.255.255.252
duplex auto
speed auto

config R2

policy-map TUN
class class-default
shape average 128000

interface Loopback0
ip address 192.168.168.1 255.255.255.248
!
interface Tunnel0
ip address 192.168.1.1 255.255.255.252
service-policy output TUN
tunnel source 172.16.10.2
tunnel destination 172.16.20.2
tunnel mode ipip
tunnel key 235
!
interface FastEthernet1/0
description to R0
ip address 172.16.10.2 255.255.255.252
duplex auto
speed auto
!
interface FastEthernet2/0
description to Router-4
ip address 192.168.10.1 255.255.255.0
duplex auto
speed auto
!
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.10.1
ip route 192.168.168.0 255.255.255.248 Tunnel0

Konfigurasi Router Cisco

Published 2 Januari 2013 by admin

Konfigurasi Dasar Router Cisco

Anda ingin belajar bagaimana cara mengkonfigurasi router cisco? jangan khawatir , kali ini saya akan memberikan sedikit pengalaman tentang bagaimana mengkonfigurasi router cisco. Namun pada kesempatan ini saya hanya akan membahas tentang konfigurasi dasar, yaitu konfigurasi yang umumnya dilakukan oleh seorang administrator. Ok, simak saja, bahasan berikut ini.

Untuk mengkonfigurasi router dilakukan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah, membangun sesi console. Sesi console dibentuk dengan menghubungkan port console yang ada pada router dengan port COM 1 yang ada pada PC.

Seteleh sesi console terbentuk, selanjutnya mengaktifkan terminal emolusi, yang lazim digunakan pada Sistem Operasi windows adalah hyperterminal (konfigurasi router melalui minicom di linux lihat disini). Aktifkan hyperterminal, pastikan port yang dipilih adalah COM1, lalu konfigurasi :
Bits per second : 9600 bps
Data bits: 8
Parity : none
Stop bits:1
Flow control : none

Kemudian hidupkan router (power on), router akan melakukan proses boot up, setelah proses boot up selesai router akan menampilkan pesan “Would you like enter initial configuration dialog?” sebaiknya jawab “no”. lalu router menampilkan pesan “Press return to get start”. Untuk memulai kita tekan tombol “Enter”. Pada router yang belum dikonfigurasi maka router akan menampilkan prompt “router>” yang menandakan kita berada pada modus operasi user EXEC.

untuk memulai konfigurasi ketikan “enable” seperti contoh berikut :

Router> enable

Router#

Saat ini kita telah berada pada modus operasi privilege EXEC, konfigurasi biasanya dilakukan pada modus global configuration, artinya konfigurasi yang dilakukan pada modus ini akan mempengaruhi seluruh sistem. Kalau sebelumnya kita berada pada modus privillege EXEC maka untuk beralih ke modus global configuration perintahnya adalah:

Router#config terminal atau

Router#conf t

Beberapa konfigurasi dasar yang perlu dilakukan adalah :

a. Hostname

Fungsinya adalah untuk memberi nama pada router

syntax :

router(config)#hostname nama router yang diinginkan

misal nama router yang diinginkan adalah cisco, maka bentuk perintahnya

router(config)#hostname cisco

cisco(config)#

b. Enable password

Fungsinya untuk mengaktifkan password pada perintah enable

syntax :

cisco(config)#enable password kata-password yang diiinginkan

misal kata-password yang diinginkan adalah cisco, maka bentuk perintahnya

cisco(config)#enable password cisco

c. Enable secret

Fungsinya untuk mengaktifkan kata secret pada perintah enable, fungsinya sama dengan perintah enable password, namun enable secret memiliki prioritas yang lebih tinggi dan kata secret dalam bentuk terenkripsi.

syntax :

cisco(config)#enable secret kata-secret yang diinginkan

misal kata secret yang diinginkan adalah class, maka bentuk perintahnya adalah

cisco(config)#enabel secret class

c. Line console

Mengaktifkan password pada line console, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line console. Router hanya memiliki 1 buah line console.

cisco(config)#line console 0

cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan

cisco(config-line)#exec-timeout 5

cisco(config-line)#login

d. Line auxiliary

Mengaktifkan password pada line aux, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line aux. Router hanya memiliki 1 buah line aux.

cisco(config)#line aux 0

cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan

cisco(config-line)#exec-timeout 5

cisco(config-line)#login

e. Line Virtual Terminal

Mengaktifkan password pada line virtual terminal, agar hanya orang yang mengetahui/ memiliki password saya yang bisa mengakses router melalui line virtual terminal. Router hanya memiliki 5 buah line virtual terminal (vty).

cisco(config)#line vty 0 4

cisco(config-line)#password kata-password yang diinginkan

cisco(config-line)#exec-timeout 5

cisco(config-line)#login

Selamat mencoba!

Routing OSPF

Published 29 Desember 2012 by admin

Routing Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah routing protocol standard terbuka yang telah diimplementasikan oleh sejumlah besar vendor jaringan. Alasan untuk mengkonfigurasi OSPF dalam sebuah topologi adalah untuk mengurangi overhead (waktu pemrosesan) routing, mempercepat convergance,serta membatasi ketidakstabilan network disebuah area dalam suatu network.

OSPF Message Encapsulation terjadi pada lapisan data-link dengan nomor protocol 89. Data field ini dapat berisi salah satu dari lima tipe paket OSPF. Pada IP packet header, alamat tujuannya mempunyai dua alamat multicast yaitu 224.0.0.5 dan 224.0.0.6 namun yang diset cukup salah satu dari alamat tersebut. Bila paket OSPF diencapsulasi di sebuah frame Ethernet, alamat tujuan dari MAC address juga merupakan sebuah alamat multicast, yaitu 01-00-5E-00-00-05 dan 01-00-5E-00-00-06. Semua paket OSPF mempunyai 24 byte yang berisikan informasi yang diperlukan. Packet header ini terdiri dari berbagai bidang seperti jenis-jenis paket OSPF, router ID serta alamat IP dari router yang mengirimkan paket.

Ada 5 tipe paket yang digunakan OSPF, yaitu :

*. Hello packet -> untuk menemukan serta membangun hubungan antar tetangga router OSPF.
*. Database Description (DBD)-> untuk mengecek singkronisasi database antar router.
*. Link-State Request (LSR) -> meminta spesifikasi link-state records antara router satu dengan yang lain.
*. Link-State Update (LSU) -> mengirimkan permintaan spesifikasi link-state records.
*. Link-State Acknowledgement (LSAck) -> menerima paket link-state.

Hello Packet
Hello Packet digunakan untuk menemukan serta membentuk suatu hubungan tetangga antara router OSPF. Untuk membentuk hubungan ini router OSPF akan mengirimkan paket berukuran kecil secara berkala ke jaringan. Paket inilah yang disebut dengan Hello packet. Paket ini juga mengadpertensikan router mana saja yang akan menjadi tetangganya. Pada jaringan multi-access Hello Packet digunakan untuk memilih Designated Router (DR) dan Back-up Designated Router (BDR). DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut.

Network Mask pada format Hello packet merupakan mask dari interface jaringan dari OSPF yang sedang berjalan. Subnet-Mask nya 0.0.0.0 (4 byte).
Hello Interval biasanya multicast (224.0.0.5). Merupakan jumlah detik antara hello packet, biasanya 10 detik pada link point-to-point dan 30 detik pada NBMA / link broadcast.

Options merupakan kemampuan opsional yang dimiliki router.

RTR Prio digunakan dalam pemilihan DR dan BDR. Router dengan nilai priority tertinggi akan menjadi DR. Router dengan nilai poriotity di urutan kedua sebagai BDR. Secara default semua router OSPF memiliki nilai priority 1. Dengan Range priority mulai dai 0 hingga 255. Bila prioritasnya 0 berarti router tersebut tidak memenuhi syarat dalam pemilihan DR dab BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router menjadi DR. Jjika dua buah router memiliki nilai priority sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki nilai router ID tertinggi dalam jaringan.

Router Dead Interval merupakan jumlah dalam hitungan detik sebelum tetangga dinyatakan down. Secara default dead interval adalah 4 kali hello interval.
Designated Router bertujuan untuk mengurangi jumlah flooding pada media multiaccess.
Backup Designated Router bertujuan sebagai cadangan dari DR. Selama flooding berlangsung, BDR tetap pasif.

Neighbor berisi ID dari setiap router tetangga.

Database Description (DBD)

DBD digunakan selama pertukaran database. Paket DBD pertama digunakan untuk memilih hubungan master dan slave serta menetapkan urutan yang dipilih oleh master. Pemilihan master dan slave berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Router dengan router ID tertinggi akan menjadi master dan memulai sinkronisasi database. Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Peristiwa ini di istilahkan fase Exstart State. Setelah fase Exstart State lewat, selanjutnya adalah fase Exchange. Pada fase ini kedua router akan saling mengirimkan Database Description Packet. Bila si penerima belum memiliki informasi yang terdapat dalam paket tersebut, maka router pengirim akan memasuki fase Loading State. Dimana fase ini router akan mengirimkan informasi state secara lengkap ke router tetangganya. Setelah selesai router-router OSPF akan memiliki informasi state yang lengkap dalam databasenya, ini disebut fase Full State.

Link-State Request (LSR)

LSR akan dikirim jika bagian dari database hilang atau out of date. LSR juga digunakan setelah pertukaran DBD selesai untuk meminta LSAs yang telah terjadi selama pertukaran DBD.

Link-State Update (LSU)
LSU mengimplementasikan flooding dari LSAs yang berisi routing dan informasi metric. LSU dikirim sebagai tanggapan dari LSR.

Link-State Acknowledgement (LSAck)

OSPF membutuhkan pengakuan untuk menerima setiap LSA. Beberapa LSA dapat diakui dalam sebuah paket single link-state acknowledgement. Paket ini dikirim sebagai jawaban dari packet update link state serta memverifikasi bahwa paket update telah diterima dengan sukses. LSAck akan dikirim sebagai multicast. Jika router dalam keadaan DR atau BDR maka pengakukan dikirim ke alamat multicast router OSPF dari 224.0.0.5 sedangkan bila router dalam keadaan tidak DR atau BDR pengakuan akan dikirim kesemua alamat multicast router DR dari 224.0.0.6

Routing Eigrp

Published 23 Desember 2012 by admin

Pada kesempatan yang sebelumnya saya pernah memposting artikel tentang “Konfigurasi Router menggunakan Routing Information Protocol (RIP)”. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk memposting tentang Konfigurasi Router dengan menggunakan Routing Protocol yang berbeda sesuai dengan janji saya sebelumnya, yaitu menggunakan Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP). EIGRP merupakan pengembangan dari Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) yang memiliki jumlah Maksimum hop sebanyak 255 hop, dibandingakan dengan Routing Information Protocol (RIP) yang hanya memiliki jumlah maksimum hop sebanyak 15 hop.

EIGRP biasa digunakan pada Sistem jaringan yang memiliki Network yang berskala besar. Selain itu juga, pada Router EIGRP, pada saat kita mengkonfigurasinya, kita tidak perlu memperkenalkan Network-Nework yang terhubung pada Router tetangga yang sudah tersimpan pada Routing Tablenya. Pada Router EIGRP ini, akan mencari sendiri Routing Table dari Router-Router tetangganya.

Di dalam EIGRP juga, kita mengenal yang namanya Autonomous System (AS) yang berfungsi untuk membuat semua Router yang berada pada AS yang sama berada dalam satu lingkup area sehingga dapat melakukan Komunikasi Data dari Sumber sampai ke Tujuan. Apabila masing masing Router di set dengan menggunakan AS yang berbeda, maka antara Router tersebut tidak dapat saling melakukan pertukaran data.

Dalam Router EIGRP juga mendukung yang namanya VLSM (Variable Lenght Subnet Mask) dimana mengijinkan jalur-jalur secara otomatis diringkas pada batas angka Network..Pada EIGRP juga tidak melakukan update secara periodik, tetapi akan melakukan Update apabila terjadi perubahan pada Routing Table.

Dibawah ini merupakan contoh konfigurasi Router dengan menggunakan EIGRP, desain jaringan beserta IP yang digunakan pada pembahasan kali ini sengaja saya buat sama dengan desain jaringan pada artikel saya sebelumnya yang berjudul “Konfigurasi Router Menggunakan Protokol Routing Information Protocol (RIP)”. Tujuan saya agar kawan-kawan pembaca sekalian dapat membandingkan konfigurasi antara kedua Routing Protocol ini, berikut adalah desain dan konfigurasi menggunakan Routing Protocol EIGRP :

LAN A :
IP 20.20.20.2
Subnet Mask 255.0.0.0
Gateway 20.20.20.1

LAN B :
IP 198.100.100.2
Subnet Mask 255.255.255.0
Gateway 198.100.100.1

LAN C :
IP 150.140.140.2
Subnet Mask 255.255.0.0
Gateway 150.140.140.1

LAN D :
IP 135.135.135.2
Subnet Mask 255.255.0.0
Gateway 135.135.135.1

ROUTER 1 :
fast ethernet 0/0 : 20.20.20.1
serial 0/0/0 :140.140.140.1
serial 0/0/1 : 200.200.200.1

ROUTER 2 :
fast ethernet 0/0 : 198.100.100.1
serial 0/0/0 :140.140.140.2
serial 0/0/1 : 10.10.10.1

ROUTER 3 :
fast ethernet 0/0 : 150.140.140.1
serial 0/0/0 :10.10.10.2
serial 0/0/1 : 7.7.7.1

ROUTER 4 :
fast ethernet 0/0 : 135.135.135.1
serial 0/0/0 :200.200.200.2
serial 0/0/1 : 7.7.7.2

Konfigurasinya adalah sebagai berikut :

ROUTER 1 :

router# configure terminal
router(config)#hostname router1
router1(config)#interface fastethernet0/0
router1(config-if)#ip address 20.20.20.1 255.0.0.0
router1(config-if)#no shutdown
router1(config-if)#exit
router1(config)#interface serial0/0/0
router1(config-if)#ip address 140.140.140.1 255.255.0.0
router1(config-if)#no shutdown
router1(config-if)#exit
router1(config)#interface serial0/0/1
router1(config-if)#ip address 200.200.200.1 255.255.255.0
router1(config-if)#clock rate 64000
router1(config-if)#no shutdown
router1(config-if)#exit
router1(config)#router eigrp 10
router1(config-router)#network 20.0.0.0
router1(config-router)#network 140.140.0.0
router1(config-router)#network 200.200.200.0
router1(config-router)#exit
router1(config)#exit

ROUTER 2 :

router# configure terminal
router(config)#hostname router2
router2(config)#interface fastethernet0/0
router2(config-if)#ip address 198.100.100.1 255.255.255.0
router2(config-if)#no shutdown
router2(config-if)#exit
router2(config)#interface serial0/0/0
router2(config-if)#ip address 140.140.140.2 255.255.0.0
router2(config-if)#no shutdown
router2(config-if)#exit
router2(config)#interface serial0/0/1
router2(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.0.0.0
router2(config-if)#clock rate 64000
router2(config-if)#no shutdown
router2(config-if)#exit
router2(config)#router eigrp 10
router2(config-router)#network 198.100.100.0
router2(config-router)#network 140.140.0.0
router2(config-router)#network 10.0.0.0
router2(config-router)#exit
router2(config)#exit

ROUTER 3 :

router# configure terminal
router(config)#hostname router3
router3(config)#interface fastethernet0/0
router3(config-if)#ip address 150.140.140.1 255.255.0.0
router3(config-if)#no shutdown
router3(config-if)#exit
router3(config)#interface serial0/0/0
router3(config-if)#ip address 10.10.10.2 255.0.0.0
router3(config-if)#no shutdown
router3(config-if)#exit
router3(config)#interface serial0/0/1
router3(config-if)#ip address 7.7.7.1 255.0.0.0
router3(config-if)#clock rate 64000
router3(config-if)#no shutdown
router3(config-if)#exit
router3(config)#router eigrp 10
router3(config-router)#network 150.140.0.0
router3(config-router)#network 10.0.0.0
router3(config-router)#network 7.0.0.0
router3(config-router)#exit
router3(config)#exit

ROUTER 4 :

router# configure terminal
router(config)#hostname router4
router4(config)#interface fastethernet0/0
router4(config-if)#ip address 135.135.135.1 255.255.0.0
router4(config-if)#no shutdown
router4(config-if)#exit
router4(config)#interface serial0/0/0
router4(config-if)#ip address 200.200.200.2 255.255.255.0
router4(config-if)#no shutdown
router4(config-if)#exit
router4(config)#interface serial0/0/1
router4(config-if)#ip address 7.7.7.2 255.0.0.0
router4(config-if)#clock rate 64000
router4(config-if)#no shutdown
router4(config-if)#exit
router4(config)#router eigrp 10
router4(config-router)#network 135.135.0.0
router4(config-router)#network 200.200.200.0
router4(config-router)#network 7.0.0.0
router4(config-router)#exit
router4(config)#exit

Diatas tadi merupakan konfigurasi dari Router yang menggunakan Routing Protocol EIGRP. Kita dapat melihat diatas, bahwa masing-masing Router memiliki Autonomous System (AS) yang sama, yaitu 10. Yang menandakan bahwa Router-Router tersebut berada dalam satu lingkup yang sama. Apabila kita membandingkan dengan konfigurasi menggunakan Routing Information Protocol (RIP), pada EIGRP ini, kita tidak perlu menuliskan lagi Network-Network yang terhubung pada Router-Router tetangga, karena pada EIGRP ini, akan mencari sendiri Routing Table dari Router tetangganya. Selain itu juga EIGRP dapat mengatasi masalah pada RIP dalam hal keterbatasan jumlah hop maksimum yang dimiliki oleh RIP.

Routing BGP

Published 22 Desember 2012 by admin

Pengertian BGP

BGP atau yang kepanjangannya Border Gateway Protokol merupakan salah satu jenis routing protokol yang digunakan untuk koneksi antar Autonomous System (AS), dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP besar (Telkomsel) ataupun perbankan. BGP termasuk dalam kategori routing protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP).

Dengan adanya EGP, router dapat melakukan pertukaran rute dari dan ke luar jaringan lokal Auotonomous System (AS). BGP mempunyai skalabilitas yang tinggi karena dapat melayani pertukaran routing pada beberapa organisasi besar. Oleh karena itu BGP dikenal dengan routing protokol yang sangat rumit dan kompleks.

Karakteristik BGP

1. Menggunakan algoritma routing distance vektor.Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan table routing di update antar router yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi.

2. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client.

3. Digunakan untuk merutekan trafik internet antar autonomous system.

4. BGP adalah Path Vector routing protocol.Dalam proses menentukan rute-rute terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya dari router BGP yang lainnya.

5. Router BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer menggunakan port nomor 179.

6. Koneksi antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive secara periodik.

7. Metrik (atribut) untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan dapat dimodifikasi dengan fleksibel.

8. BGP memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat prefiks-prefiks routing yang diterimanya dari router BGP lain

Cara Kerja BGP
Routing protokol BGP baru dapat dikatakan bekerja pada sebuah router jika sudah terbentuk sesi komunikasi dengan router tetangganya yang juga menjalankan BGP. Sesi komunikasi ini adalah berupa komunikasi dengan protokol TCP dengan nomor port 179. Setelah terjalin komunikasi ini, maka kedua buah router BGP dapat saling bertukar informasi rute.

Untuk berhasil menjalin komunikasi dengan router tetangganya sampai dapat saling bertukar informasi routing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Kedua buah router telah dikonfigurasi dengan benar dan siap menjalankan routing protokol BGP.

2. Koneksi antarkedua buah router telah terbentuk dengan baik tanpa adanya gangguan pada media koneksinya.

3. Pastikan paket-paket pesan BGP yang bertugas membentuk sesi BGP dengan router tetangganya dapat samp dengan baik ke tujuannya.

4. Pastikan kedua buah router BGP tidak melakukan pemblokiran port komunikasi TCP 179.

5. Pastikan kedua buah router tidak kehabisan resource saat sesi BGP sudah terbentuk dan berjalan.

Setelah semuanya berjalan dengan baik, maka sebuah sesi BGP dapat bekerja dengan baik pada router Anda.

Untuk membentuk dan mempertahankan sebuah sesi BGP dengan router tetangganya, BGP mempunyai mekanismenya sendiri yang unik. Pembentukan sesi BGP ini mengandalkan paket-paket pesan yang terdiri dari empat macam. Paket-paket tersebut adalah sebagai berikut:

1. Open Message
Sesuai dengan namanya, paket pesan jenis ini merupakan paket pembuka sebuah sesi BGP. Paket inilah yang pertama dikirimkan ke router tetangga untuk membangun sebuah sesi komunikasi. Paket ini berisikan informasi mengenai BGP version number, AS number, hold time, dan router ID.

2. Keepalive Message
Paket Keepalive message bertugas untuk menjaga hubungan yang telah terbentuk antarkedua router BGP. Paket jenis ini dikirimkan secara periodik oleh kedua buah router yang bertetangga. Paket ini berukuran 19 byte dan tidak berisikan data sama sekali.

3. Notification Message
Paket pesan ini adalah paket yang bertugas menginformasikan error yang terjadi terhadap sebuah sesi BGP. Paket ini berisikan field-field yang berisi jenis error apa yang telah terjadi, sehingga sangat memudahkan penggunanya untuk melakukan troubleshooting.

4. Update Message
Paket update merupakan paket pesan utama yang akan membawa informasi rute-rute yang ada. Paket ini berisikan semua informasi rute BGP yang ada dalam jaringan tersebut. Ada tiga komponen utama dalam paket pesan ini, yaitu Network-Layer Reachability Information (NLRI), path attribut, dan withdrawn routes.

Apa Saja Atribut-atribut BGP?
Salah satu ciri khas dan juga merupakan kekuatan dari routing protokol BGP ada pada atribut-atribut pendukungnya. Atribut-atribut ini yang nantinya digunakan sebagai parameter untuk menentukan jalur terbaik untuk menuju ke suatu situs. Atribut ini juga dapat mengatur keluar masuknya routing update dari router-router BGP tetangga. Dengan mengatur atribut ini, Anda dapat dengan bebas mengatur bagaimana karakteristik dan sifat dari sesi BGP tersebut.

Untuk melayani Anda mengatur dengan sebebas-bebasnya, tersedia 10 macam atribut BGP yang umum ditambah satu atribut BGP yang hanya ada pada produk-produk Cisco. Masing-masing memiliki ciri khas dan tugasnya tersendiri untuk memungkinkan Anda memanajemen routing update dan traffic yang keluar masuk. Berikut ini adalah ke-11 atribut-atribut BGP:

1. Origin
Atribut BGP yang satu ini merupakan atribut yang termasuk dalam jenis Well known mandatory. Jika sumbernya berasal router BGP dalam jaringan lokal atau menggunakan asnumber yag sama dengan yang sudah ada, maka indicator atribut ini adalah huruf “i” untuk interior. Apabila sumber rute berasal dari luar jaringan lokal, maka tandanya adalah huruf “e” untuk exterior. Sedangkan apabila rute didapat dari hasil redistribusi dari routing protokol lain, maka tandanya adalah “?” yang artinya adalah incomplete.

2. AS_Path
Atribut ini harus ada pada setiap rute yang dipertukarkan menggunakan BGP. Atribut ini menunjukkan perjalanan paket dari awal hingga berakhir di tempat Anda. Perjalanan paket ini ditunjukkan secara berurut dan ditunjukkan dengan menggunakan nomor-nomor AS. Dengan demikian, akan tampak melalui mana saja sebuah paket data berjalan ke tempat Anda.

3. Next Hop
Next hop sesuai dengan namanya, merupakan atribut yang menjelaskan ke mana selanjutnya sebuah paket data akan dilemparkan untuk menuju ke suatu lokasi. Dalam EBGP-4, yang menjadi next hop dari sebuah rute adalah alamat asal (source address) dari sebuah router yang mengirimkan prefix tersebut dari luar AS. Dalam IBGP-4, alamat yang menjadi parameter next hop adalah alamat dari router yang terakhir mengirimkan rute dari prefix tersebut. Atribut ini juga bersifat Wellknown Mandatory.

4. Multiple Exit Discriminator (MED)
Atribut ini berfungsi untuk menginformasikan router yang berada di luar AS untuk mengambil jalan tertentu untuk mencapat si pengirimnya. Atribut ini dikenal sebagai metrik eksternal dari sebuah rute. Meskipun dikirimkan ke AS lain, atribut ini tidak dikirimkan lagi ke AS ketiga oleh AS lain tersebut. Atribut ini bersifat Optional Nontransitive.

5. Local Preference
Atribut ini bersifat Wellknown Discretionary, di mana sering digunakan untuk memberitahukan router-router BGP lain dalam satu AS ke mana jalan keluar yang di-prefer jika ada dua atau lebih jalan keluar dalam router tersebut. Atribut ini merupakan kebalikan dari MED, di mana hanya didistribusikan antar-router-router dalam satu AS saja atau router IBGP lain.

6. Atomic Aggregate
Atribut ini bertugas untuk memberitahukan bahwa sebuah rute telah diaggregate (disingkat menjadi pecahan yang lebih besar) dan ini menyebabkan sebagian informasi ada yang hilang. Atribut ini bersifat Wellknown Discretionary.

7. Aggregator
Atribut yang satu ini berfungsi untuk memberikan informasi mengenai Router ID dan nomor Autonomous System dari sebuah router yang melakukan aggregate terhadap satu atau lebih rute. Parameter ini bersifat Optional Transitive.

8. Community
Community merupakan fasilitas yang ada dalam routing protokol BGP-4 yang memiliki kemampuan memberikan tag pada rute-rute tertentu yang memiliki satu atau lebih persamaan. Dengan diselipkannya sebuah atribut community, maka akan terbentuk sebuah persatuan rute dengan tag tertentu yang akan dikenali oleh router yang akan menerimanya nanti. Setelah router penerima membaca atribut ini, maka dengan sendirinya router tersebut mengetahui apa maksud dari tag tersebut dan melakukan proses sesuai dengan yang diperintahkan. Atribut ini bersifat Optional Transitive.

9. Originator ID
Atribut ini akan banyak berguna untuk mencegah terjadinya routing loop dalam sebuah jaringan. Atribut ini membawa informasi mengenai router ID dari sebuah router yang telah melakukan pengiriman routing. Jadi dengan adanya informasi ini, routing yang telah dikirim oleh router tersebut tidak dikirim kembali ke router itu. Biasanya atribut ini digunakan dalam implementasi route reflector. Atribut ini bersifat Optional Nontransitive.

10. Cluster list
Cluster list merupakan atribut yang berguna untuk mengidentifikasi router-router mana saja yang tergabung dalam proses route reflector. Cluster list akan menunjukkan path-path atau jalur mana yang telah direfleksikan, sehingga masalah routing loop dapat dicegah. Atribut ini bersifat Optional Nontransitive.

11. Weight
Atribut yang satu ini adalah merupakan atribut yang diciptakan khusus untuk penggunaan di router keluaran vendor Cisco. Atribut ini merupakan atribut dengan priority tertinggi dan sering digunakan dalam proses path selection. Atribut ini bersifat lokal hanya untuk
digunakan pada router tersebut dan tidak diteruskan ke router lain karena belum tentu router lain yang bukan bermerk Cisco dapat mengenalinya. Fungsi dari atribut ini adalah untuk memilih salah satu jalan yang diprioritaskan dalam sebuah router.

Ketika ada dua buah jalan keluar, maka dengan memodifikasi atribut Weight ini, router dapat memilih salah satu jalan untuk diprioritaskan sebagai jalan keluar. Jadi Anda dapat mengatur dengan leluasa jalan mana yang akan digunakan. Weight tidak digunakan pada router lain selain Cisco.

Bagaimana Proses Path Selection (Pemilihan Jalur Terbaik) dalam BGP?
Setelah Anda mengenal semua jenis atribut dan kegunaannya, kini saatnya untuk mengetahui bagaimana atribut-atribut tersebut digunakan untuk proses pemilihan jalan terbaik menuju suatu lokasi. Mengapa perlu dilakukan pemilihan rute terbaik? Kapan proses pemilihan rute terbaik dilakukan oleh BGP?

Router Anda perlu melakukan pemilihan rute terbaik ketika mendapatkan dua atau lebih rute untuk menuju ke suatu lokasi di luar. Biasanya sebuah router BGP mungkin saja mendapatkan sebuah rute lebih dari dua, tergantung pada banyaknya sesi BGP yang dibentuk dengan tetangga-tetangganya. Semakin banyak sesi BGP dengan router tetangga, maka router tetangga tersebut akan mengirimkan banyak rute yang diketahuinya, sehingga mungkin saja ada yang sama.

Ketika dihadapkan pada dua jalan dengan tujuan yang sama, maka tugas router BGP adalah harus memilih salah satu jalan untuk digunakan meneruskan informasi yang dibawanya. Jalan yang dipilih haruslah jalan yang terbaik yang ada saat itu untuk dapat meneruskan informasi sebaik mungkin. Untuk memilih salah satu jalan tersebut, router BGP akan langsung menjalankan prosedur pemilihan rute terbaik atau yang sering disebut dengan istilah path selection.

Dalam proses pemilihan jalur terbaik atau path selection, atribut-atribut yang telah dijelaskan di ataslah yang sangat berperan penting. Semua atribut tersebut memiliki tingkat prioritasnya sendiri dalam proses penentuan jalur terbaik. Maksudnya ketika ada dua rute menuju ke lokasi http://www.yahoo.com masing-masing memiliki atribut B dan C, maka router BGP akan membandingkan nilai B dengan C.

Jika ternyata nilai B yang lebih baik, maka rute menuju ke http://www.yahoo.com adalah rute yang beratribut B. Rute tersebut akan dijadikan sebagai jalur terbaik dan semua traffic menuju http://www.yahoo.com akan dilarikan melalui jalur B. Sedangkan rute yang memiliki atribut C dijadikan sebagai back-up. Back-up ini akan digunakan suatu saat ketika rute yang beratribut B tadi sedang bermasalah. Jadi rute yang tidak terpilih bukan berarti diabaikan begitu saja. Mekanisme inilah yang merupakan salah satu kehebatan dari BGP.

Proses path selection ke sebuah lokasi yang terjadi dalam sebuah sesi BGP hingga menemukan sebuah jalur terbaik adalah sebagai berikut:

1. Jika hanya ada sebuah rute menuju ke lokasi A, maka rute tersebutlah yang pasti dijadikan rute terbaik dan akan langsung digunakan.

2. Jika ada dua buah rute menuju ke lokasi A, maka router BGP akan menggunakan atribut WEIGH untuk memilih rute mana yang paling baik. Rute dengan nilai WEIGH yang paling tinggi akan dipilih sebagai jalur terbaik.

3. Jika nilai weight keduanya sama, maka router akan menggunakan atribut LOCAL PREFERENCE sebagai bahan pembanding. Rute dengan nilai LOCAL PREFERENCE yang paling tinggi adalah rute yang terpilih sebagai rute terbaik.

4. Jika nilai local preference sama, maka sebagai bahan pembanding router BGP akan memeriksa rute mana yang berasal dari dirinya sendiri. Jika rute tersebut berasal dari dirinya sendiri maka rute tersebut yang akan dijadikan rute terbaik.

5. Jika rute menuju A bukan berasal dari dirinya, maka router akan menggunakan atribut AS_PATH untuk mencari rute terbaik. Rute dengan atribut AS_PATH terpendek akan dipilih sebagai rute terbaik.

6. Apabila atribut AS_PATH nya sama, maka atribut selanjutnya yang digunakan untuk memilih jalan terbaik adalah ORIGIN. Atribut ORIGIN terdiri parameter IGP, EGP dan Incomplete. Parameter dengan nilai referensi terendah yang akan dipilih menjadi rute terbaik. IGP memiliki nilai referensi paling rendah, disusul EGP dan akhirnya Incomplete. Rute dengan atribut ORIGIN IGP akan lebih dipilih daripada EGP atau Incomplete, begitu seterusnya hingga rute dengan atribut Incomplete menjadi rute yang berada di urutan paling belakang.

7. Jika atribut Origin pada rute-rute tersebut sama, maka atribut selanjutnya yang digunakan adalah MED (Multi Exit Discriminator). MED merupakan atribut untuk memungkinkan Anda memilih jalan mana yang paling baik untuk menuju sebuah situs. Jenisnya kurang lebih sama seperti Local Preference, namun bedanya atribut MED ini hanya disebarkan dalam satu AS yang sama saja. Atribut ini tidak dikirimkan ke luar AS dari router BGP tersebut. Biasanya atribut ini banyak digunakan jika sebuah router memiliki dua atau lebih jalan yang sama namun menuju ke satu ISP. Rute dengan nilai MED yang paling rendah adalah yang terpilih sebagai rute terbaik.

8. Jika nilai MED pada kedua rute tersebut sama, maka router BGP akan melakukan pemilihan berdasarkan jenis sesi BGP dari rute-rute tersebut. Seperti telah dijelaskan diatas, jenis BGP ada dua macam yaitu IBGP dan EBGP. Kedua parameter ini juga digunakan dalam pemilihan jalan terbaik. Sebuah rute yang berasal dari sebuah sesi EBGP memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada rute dari sesi IBGP. Jadi rute yang berasal dari sesi EBGP dengan router BGP lain tentu akan dijadikan sebagai rute terbaik.

9. Jika setelah melalui ketentuan diatas, kedua rute tersebut juga masih identik, maka proses path selection selanjutnya adalah menggunakan parameter jalur terdekat dalam jaringan internal untuk menuju ke Next Hop. Maksudnya adalah, router BGP akan membaca atribut Next hop dari kedua jalur tersebut. Setelah diketahui, router tersebut akan memeriksa jalur mana yang memilik Next hop yang terdekat dari router tersebut. Jalur yang diperiksa ini merupakan jalur yang berasal dari routing protokol internal seperti OSPF, EIGRP, atau bahkan statik. Setelah didapatkan rute mana yang memiliki Next hop yang paling dekat dan mudah diakses, maka rute tesebut langsung dipilih menjadi yang terbaik.

10. Jika prosedur ini masih tidak membuahkan sebuah rute terbaik juga, maka jalan terakhir untuk menemukannya adalah dengan membandingkan BGP ROUTER ID dari masingmasing rute. Sebuah rute pasti akan membawa informasi BGP ROUTER ID dari router asalnya. Parameter inilah yang menjadi pembanding terakhir untuk proses path selection ini. Karena BGP ROUTER ID tidak mungkin sama, maka sebuah jalan terbaik pastilah dapat terpilih. BGP ROUTER ID biasanya adalah alamat IP tertinggi dari sebuah router atau dapat juga berupa IP interface loopback.
Router BGP akan memilih rute dengan nilai BGP ROUTER ID yang terendah.

Kekuatan BGP yang lainnya adalah Anda dapat memodifikasi dan mengubah atribut-atribut yang ada pada sebuah rute, sehingga proses pemilihan jalur terbaik ini juga dapat Anda atur. Dengan mengatur proses ini, maka Anda dapat mengatur lalu-lintas data yang keluarmasuk jaringan Anda.

Pelajari Lebih Lanjut
Ilmu BGP tidak hanya berhenti sampai sini karena ini hanyalah dasar-dasarnya saja. Masih banyak trik yang ada di dalamnya yang tidak akan habis dibahas dua atau tiga bulan karena routing protokol BGP memang sangat rumit. Namun jika Anda sudah mengetahui dasarnya ini dengan baik, tentu akan lebih mudah untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Pengaplikasian BGP tidak dapat dengan mudah Anda temukan. Penggunaan BGP biasanya hanya akan Anda temukan di ISP atau di perusahaan yang sangat besar yang memiliki banyak cabang dan sangat mengandalkan teknologi informasi seperti misalnya bank. Untuk itu jika Anda kuasai BGP, tentu akan lebih mudah untuk Anda dapat bekerja di perusahaan-perusahaan jenis tersebut. Mulailah pelajari dari sekarang. Selamat belajar!

Routing OSPF

Published 21 Desember 2012 by admin

Routing Open Shortest Path First (OSPF) adalah sebuah routing protocol standard terbuka yang telah diimplementasikan oleh sejumlah besar vendor jaringan. Alasan untuk mengkonfigurasi OSPF dalam sebuah topologi adalah untuk mengurangi overhead (waktu pemrosesan) routing, mempercepat convergance, serta membatasi ketidakstabilan network disebuah area dalam suatu network.

OSPF Message Encapsulation terjadi pada lapisan data-link dengan nomor protocol 89. Data field ini dapat berisi salah satu dari lima tipe paket OSPF. Pada IP packet header, alamat tujuannya mempunyai dua alamat multicast yaitu 224.0.0.5 dan 224.0.0.6 namun yang diset cukup salah satu dari alamat tersebut. Bila paket OSPF diencapsulasi di sebuah frame Ethernet, alamat tujuan dari MAC address juga merupakan sebuah alamat multicast, yaitu 01-00-5E-00-00-05 dan 01-00-5E-00-00-06. Semua paket OSPF mempunyai 24 byte yang berisikan informasi yang diperlukan. Packet header ini terdiri dari berbagai bidang seperti jenis-jenis paket OSPF, router ID serta alamat IP dari router yang mengirimkan paket.

Ada 5 tipe paket yang digunakan OSPF, yaitu :

*. Hello packet -> untuk menemukan serta membangun hubungan antar tetangga router OSPF.
*. Database Description (DBD)-> untuk mengecek singkronisasi database antar router.
*. Link-State Request (LSR) -> meminta spesifikasi link-state records antara router satu dengan yang lain.
*. Link-State Update (LSU) -> mengirimkan permintaan spesifikasi link-state records.
*. Link-State Acknowledgement (LSAck) -> menerima paket link-state.

Hello Packet
Hello Packet digunakan untuk menemukan serta membentuk suatu hubungan tetangga antara router OSPF. Untuk membentuk hubungan ini router OSPF akan mengirimkan paket berukuran kecil secara berkala ke jaringan. Paket inilah yang disebut dengan Hello packet. Paket ini juga mengadpertensikan router mana saja yang akan menjadi tetangganya. Pada jaringan multi-access Hello Packet digunakan untuk memilih Designated Router (DR) dan Back-up Designated Router (BDR). DR dan BDR akan menjadi pusat komunikasi seputar informasi OSPF dalam jaringan tersebut.

Network Mask pada format Hello packet merupakan mask dari interface jaringan dari OSPF yang sedang berjalan. Subnet-Mask nya 0.0.0.0 (4 byte).
Hello Interval biasanya multicast (224.0.0.5). Merupakan jumlah detik antara hello packet, biasanya 10 detik pada link point-to-point dan 30 detik pada NBMA / link broadcast. Options merupakan kemampuan opsional yang dimiliki router.

RTR Prio digunakan dalam pemilihan DR dan BDR. Router dengan nilai priority tertinggi akan menjadi DR. Router dengan nilai poriotity di urutan kedua sebagai BDR. Secara default semua router OSPF memiliki nilai priority 1. Dengan Range priority mulai dai 0 hingga 255. Bila prioritasnya 0 berarti router tersebut tidak memenuhi syarat dalam pemilihan DR dab BDR, sedangkan nilai 255 menjamin sebuah router menjadi DR. Jjika dua buah router memiliki nilai priority sama, maka yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki nilai router ID tertinggi dalam jaringan.

Router Dead Interval merupakan jumlah dalam hitungan detik sebelum tetangga dinyatakan down. Secara default dead interval adalah 4 kali hello interval.
Designated Router bertujuan untuk mengurangi jumlah flooding pada media multiaccess.
Backup Designated Router bertujuan sebagai cadangan dari DR. Selama flooding berlangsung, BDR tetap pasif. Neighbor berisi ID dari setiap router tetangga.

Database Description (DBD)

DBD digunakan selama pertukaran database. Paket DBD pertama digunakan untuk memilih hubungan master dan slave serta menetapkan urutan yang dipilih oleh master. Pemilihan master dan slave berdasarkan router ID tertinggi dari salah satu router. Router dengan router ID tertinggi akan menjadi master dan memulai sinkronisasi database. Router yang menjadi master akan melakukan pengiriman lebih dulu ke router slave. Peristiwa ini di istilahkan fase Exstart State. Setelah fase Exstart State lewat, selanjutnya adalah fase Exchange. Pada fase ini kedua router akan saling mengirimkan Database Description Packet. Bila si penerima belum memiliki informasi yang terdapat dalam paket tersebut, maka router pengirim akan memasuki fase Loading State. Dimana fase ini router akan mengirimkan informasi state secara lengkap ke router tetangganya. Setelah selesai router-router OSPF akan memiliki informasi state yang lengkap dalam databasenya, ini disebut fase Full State.

Link-State Request (LSR)

LSR akan dikirim jika bagian dari database hilang atau out of date. LSR juga digunakan setelah pertukaran DBD selesai untuk meminta LSAs yang telah terjadi selama pertukaran DBD.

Link-State Update (LSU)
LSU mengimplementasikan flooding dari LSAs yang berisi routing dan informasi metric. LSU dikirim sebagai tanggapan dari LSR.

Link-State Acknowledgement (LSAck)

OSPF membutuhkan pengakuan untuk menerima setiap LSA. Beberapa LSA dapat diakui dalam sebuah paket single link-state acknowledgement. Paket ini dikirim sebagai jawaban dari packet update link state serta memverifikasi bahwa paket update telah diterima dengan sukses. LSAck akan dikirim sebagai multicast. Jika router dalam keadaan DR atau BDR maka pengakukan dikirim ke alamat multicast router OSPF dari 224.0.0.5 sedangkan bila router dalam keadaan tidak DR atau BDR pengakuan akan dikirim kesemua alamat multicast router DR dari 224.0.0.6

Routing Part 2

Published 19 Desember 2012 by admin

Memahami Routing Protocol, Atonomous System, Distance Vector Routing, Routing Loops dan Beberapa Metoda Meminimalkan Routing Loops

Dalam suatu jaringan local atau LAN, maka umumnya semua piranti jaringan terhubung dengan satu atau beberapa switch dengan menggunakan kabel LAN. Lain halnya dengan jaringan wireless, piranti wireless adapter terhubung dengan menggunakan frequency radio. Sementara untuk koneksi jaringan antar LAN melalui WAN, mereka masing-masing terhubung lewat router dan routing protocol. Router Ciscoanda, dia bisa mengirim dan melewatkan paket hanya jika dia sudah diprogram di routing tablenya. Agar sebuah router bisa me-route / melewatkan packet, minimal sebuah router harus mengetahui:

  • Alamat (IP) Penerima
  • Router tetangganya, yang dengan itu ia bisa mempelajari jaringan lebih luas
  • Route/lintasan yang bisa dilewati
  • Route terbaik ke setiap jaringan
  • Informasi routing

Memahami routing

Routing adalah process transfer data melewati internetwork dari satu jaringan LAN ke jaringan LAN lainnya. Sementara itu dalam suatu Bridge menghubungkan segmen – segmen  jaringan dan berbagi traffic seperlunya menurut address hardware. Suatu router menerima dan memforward traffic sepanjang jalur yang sesuai / tepat menurut address software. Konsequensinya, Bridges beroperasi pada layer Data Link (Layer 2) pada model OSI, makanya Bridge disebut piranti layer 2. Sementara Router bekerja pada layer Network / Layer 3 dan lazim disebut sebagai piranti layer 3.

Didalam IP network, routing dilakukan menurut table IP routing. Semua IP hosts menggunakan routing table untuk melewatkan / forward traffic yang diterima dari router lain atau hosts.

Memahami Routing - Komunikasi Internetwork

Memahami Routing – Komunikasi Internetwork

IP routing Protocol

IP routing protocol memberikan komunikasi antar router. IP routing protocol mempunyai satu tujuan utama – mengisi routing table dengan jalur (route) terbaik dan terkini yang bisa dia dapatkan. Walaupun kelihatan nya simple, akan tetapi dalam proses dan opsinya sangat rumit. Beberapa terminology perlu juga dipahami dalam kaitannya dengan routing protocol ini.

  • Routing protocol mengisi table routing dengan informasi routing, misal RIP atau IGRP
  • Routed protocol adalah protocol dengan karakteristic layer 3 network layer yang men-definisikan logical addressing dan routing, misal IP dan IPX. Packet-2 yang didefinisikan oleh porsi network layer dari protocol-2 ini bisa di routed / dilewatkan.
  • Routing type merujuk pada routing protocol seperti link-state atau distance-vector.

IP routing table mengisi routing table dengan lintasan yang valid dan bebas loop, disamping itu routing protocol juga menjaga terjadinya looping. Route / lintasan yang ditambahkan ke dalam tebel routing berisi

  • Subnet number, misal 172.200.100.0
  • interface out – dimana paket akan diforward dan dikirim ke subnet tersebut, missal s0, s1, atau eo
  • IP address dari router berikutnya atau hop berikutnya yang seharusnya menerima paket ditujukan ke subnet tersebut

Secara umum routing protocols mempunyai beberapa tujuan seperti dirangkum berikut ini:

  • Secara dinamis mempelajari dan mengisi routing table dengan sebuah lintasan bagi semua subnet yang ada dalam jaringan
  • Jika ada lebih dari satu lintasan untuk sebuah subnet, maka routing protocol menempatkan lintasan terbaik ke dalam routing table.
  • Memberitahukan jikalau lintasan dalam routing table tidak lagi valid, dan menghapus lintasan tersebut dari rauting table
  • Jika suatu lintasan di dalam routing table di hapus dan lintasan lain yang dipelajari dari router sekitarnya tersedia, maka akan ditambahkan ke routing table.
  • Untuk menambahkan lintasan baru, atau mengganti lintasan dengan yang baru secepat mungkin. Waktu antara hilangnya route / lintasan dan usaha mendapatkan lintasan baru penggantinya disebut convergence time.
  • Yang terakhir adalah mencegah terjadinya routing loops.

Adalah sangat perlu untuk memahami konsep dan metoda yang melibatkan routing agar memudahkan kita nantinya dalam administrasi router.

Autonomous Systems dan Routing Protocols

Seperti kita ketahui suatu router menghubungkan dua network / jaringan. Sebuah network / jaringan adalah sebuah segmen dengan address network yang unik. Akan tetapi dengan IP, istilah network bisa mendefinisikan dua arti yang berbeda:

  • Sebuah segmen dengan sebuah IP address unik (biasanya merujuk pada sebuah subnet)
  • Sebuah IP Address network yang diberikan kepada suatu organisasi (organisasi tersebut bisa men-subnet address kedalam beberapa address network)

Setiap organisasi yang diberikan sebuah address network dari ISP dianggap sebagai suatu “autonomous system (AS)”. Setelah itu organisasi tersebut bisa saja bebas membentuk satu jaringan yang besar, atau membagi network nya ke dalam subnet-2.

Memahami routing - Autonomous System

Memahami routing – Autonomous System

Pada diagram diatas ini adalah sebuah Autonomous System atau AS. Dari luar (ISP) Autonomous System ini secara keseluruhan diidentifikasikan sebagai sebuah network address class B. Didalam Autonomous System, router digunakan untuk membagi network kedalam subnet-2. Router yang ada didalam Autonomous System hanya mengetahui route / jalur yang ada didalam Autonomous System itu sendiri, akan tetapi tidak memantain informasi tentang route diluar Autonomous System. Router yang ada di border / perbatasan Autonomous System disebut sebagai AS border router. router ini memaintain informasi route baik route di dalam maupun diluar border router AS.

Setiap Autonomous System diidentifikasikan oleh sebuah nomor AS. Nomor AS ini bisa secara local di administrasi, atau di register ke Internet jika memang bersinggungan dengan public network / internet.

Router-2 didalam suatu Autonomous System digunakan untuk men-segment (subnet) suatu network. dan juga, router-2 tersebut bisa digunakan untuk menghubungkan beberapa AS secara bersama. Router menggunakan routing protocol untuk secara dinamis menemukan jalur / route, membangun routing table, dan membuat keputusan tentang bagaimana harus mengirim paket melalui internetwork.

Routing protocol bisa diklasifikasikan berdasarkan apakah mereka melewatkan traffic didalam atau antara Autonomous System.

  • Interior Gateway Protocol (IGP) – protocol yang melewatkan traffic didalam Autonomous System
  • Exterior Gateway Protocol (EGP) – protocol yang melewatkan traffic keluar atau antar Autonomous System
  • Border Gateway Protocol (BGP) – adalah versi pengembangan dari EGP yang melewatkan traffic antar Autonomous System.

Memahami Routin - IGP dan EGP

Memahami Routin – IGP dan EGP

Pada diagram ini adalah sebuah Autonomous System yang terhubung ke internet melalui router ISP. Router-2 yang ada didalam Autonomous System menjalankan Interior Gateway Protocol (IGP) untuk mencari route didalam Autonomous System. AS border router yang menghubungkan antara Autonomous System dan ISP menjalankan kedua Interior Gateway Protocol (IGP) agar bisa berkomunikasi dengan router-2 didalam Autonomous System, dan Exterior Gateway Protocol (EGP) agar bisa berkomunikasi dengan router diluar Autonomous System. Border router AS ini mengumpulkan informasi routing diluar Autonomous System.

Berikut ini adalah IP routing protocol yang didukung oleh router Cisco.

  • RIP (Routing Information Protocol)
  • IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
  • IS-IS (Intermediate System-to-Intermediate System)
  • OSPF (Open Shortest Path First OSPF)

Distance Vector Routing

RIP dan IGRP keduanya menggunakan metoda distance vector routing, walaupun IGRP menawarkan banyak pengembangan dari RIP.

Memahami Routing - Hop Count

Memahami Routing – Hop Count

Pada contoh berikut, kita menggunakan hop count sebagai suatu metric cost untuk mengetahui network. Router #1 hanya mengetahui network-2 yang terhubung kepada router tersebut saja yaitu network A dan B. Dan masing-2 network mempunyai harga 1 hop count untuk melintas dari satu network A ke B atau sebaliknya. Pengetahuan ini di broadcast kepada router-2 tetangganya, sehingga router #2 yang hanya mengetahui network B dan C menambah dalam tabelnya dengan pengetahuan network A yaitu 2 hop count.

Router #2 mengetahui network yang terhubung kepadanya saja yaitu network B dan C, dan membroadcast pengetahuannya kepada router #3 dan router #1. Router #1 menambah dalam tabelnya network C yang berharga 2 hop count. Router #3 yang hanya mengetahui network C dan D menambah dalam tabelnya network B yang berharga 2 hop count. Begitu seterusnya router-2 memperlajari routing information dari router disebelahnya sehingga bisa digambarkan seperti pada table dibawah berikut ini setelah semua router mencapai convergence.

Router 1 Router 2 Router 3
Network A = 1 hop Network A = 2 hop Network A = 3 hop
Network B = 1 hop Network B = 1 hop Network B = 2 hop
Network C = 2 hop Network C = 1 hop Network C = 1 hop
Network D = 3 hop Network D = 2 hop Network D = 1 hop

Distance Vector routing mempunyai prinsip-2 berikut:

  • Router mengirim update hanya kepada router tetangganya
  • Router mengirim semua routing table yang diketahuinya kepada router tetangganya
  • Table ini dikirim dengan interval waktu tertentu, dimana setiap router dikonfigure dengan interval update masing-2
  • Router memodifikasi tabelnya berdasarkan informasi yang diterima dari router teangganya.

Karena router-2 menggunakan metoda distance vector routing dalam mengirim informasi table routing secara keseluruhan dengan interval waktu yang tertentu, mereka ini rentan terhadap suatu kondisi yang disebut routing loop (juga disebut sebagai kondisi count-to-infinity). Seperti halnya dengan bridging loop pada STP, routing loop terjadi jika dua router berbagi informasi yang berbeda.

Metoda-2 berikut dapat digunakan untuk meminimalkan efek dari routing loop:

  • Split horizon, metoda split ini memungkinkan router melakukan trackin terhadap datang nya informasi dari router mana. Router tidak melaporkan informasi routing kepada router pada jalur yang sama. Dengan kata lain router tidak melaporkan informasi kembali kepada router yang memberi informasi tersebut.

Distance Vector -Split Horizon

Distance Vector -Split Horizon

  • Split horizon dengan Poison reverse, atau disebut juga metoda poison reverse. Router-2 tetap mengirim informasi route kembali kepada router pada hop berikutnya, akan tetapi mengabarkan jalur tersebut sebagai unreachable. Jika router pada hop berikutnya tadi mengetahui kalau jalur / router tersebut masih bisa dicapai, maka informasi diabaikan. Jika jalur ternyata time-out, maka route segera di set sebagai unreachable. Convergence terjadi lebih cepat dengan metoda poison reverse dibandingkan simple split horizon. Akan tetapi menghasilkan traffic yang lebih besar sebab seluruh routing table di broadcast setiap kali suatu update dikirim.

Distance Vector - Split Horizon dg Poison Reverse

Distance Vector – Split Horizon dg Poison Reverse

  • Triggered updates, router-2 yang menerima informasi yang diupdate (perubahan) akan mem-broadcast perubahan tersebut segera ketimbang menunggu interval. Dengan cara ini router mem-broadcast routing table secara periodic, akan tetapi jika ada perubahan maka router segera mem-broadcast langsung perubahan tersebut.

Distance Vector - Triggered Method

Distance Vector – Triggered Method

  • Hold downs, dengan metoda ini, router-2 akan “hold” (menahan) suatu update yang berusaha mengembalikan link yang expired. Periode waktu umumnya merefleksikan waktu yang diperlukan untuk mencapai convergence pada network.

Distance Vector - Hold down

Distance Vector – Hold down

Metoda Distance Vector mempunyai keuntungan berikut:

  • Relative terbukti stabil, yang merupakan algoritme original routing
  • Relative gampang dipelihara dan di implementasikan
  • Kebutuhan bandwidth bisa diabaikan untuk environment LAN typical.

Kerugian dari Distance vector adalah sebagai berikut:

  • Membutuhkan waktu yang relative lama untuk mencapai convergence (update dikirim dengan interval waktu tertentu).
  • Router melakukan kalkulasi routing table nya sebelum mem-forward perubahan tabelnya
  • Rentan terjadinya routing loop
  • Kebutuhan bandwidth bisa sangat besar untuk WAN atau environment LAN yang kompleks.

Router

Published 9 Desember 2012 by admin

Pada awal 1980-an, ada sepasang suami istri yaitu Len dan Sandy Bosack yang dulu bekerja di dua departemen komputer yang berbeda yang terletak di Stanford University. Pasangan ini sedang menghadapi masalah dalam membuat komputer mereka berkomunikasi satu sama lain.
Untuk mengatasi masalah ini, mereka membuat sebuah server gateway di ruang tamu mereka yang menuju cara sederhana membuat dua departemen berkomunikasi satu sama lain dengan bantuan protokol IP. Mereka mendirikan cisco Systems (dengan c kecil) pada tahun 1984, memiliki server gateway komersial kecil yang membawa sebuah revolusi dalam Networking. Nama perusahaan diubah menjadi Cisco Systems, Inc pada tahun 1992. Advanced Gateway Server (AGS) adalah produk pertama yang dipasarkan perusahaan. Setelah ini datang Mid-Range Gateway Server (MGS), Compact Gateway Server (cgs), Integrated Gateway Server (IGS) dan AGS +.

Akhirnya menciptakan router cisco 4000, 7000, 2000, dan 3000 series. Router ini masih ada dan meningkatkan setiap hari. Cisco adalah pemimpin besar dunia ketika datang ke jaringan untuk Internet. Produk perusahaan ini mengarah pada kemudahan dalam mengakses dan mentransfer informasi terlepas dari perbedaan waktu, tempat atau platform. Sertifikasi CCNA adalah sertifikat yang pertama dalam jajaran sertifikasi Cisco dan merupakan pendahulu untuk semua sertifikasi Cisco. Program CCNA dibuat untuk memberikan dasar yang kokoh yang tidak hanya untuk Cisco Internetwork Operating System (IOS) dan hardware Cisco, tetapi juga internetworking secara umum. Untuk mendapatkan Cisco Certified Internetwork Expert (CCIE) maka Ciscon membuat suatu seri sertifikasi.

Router merupakan salah satu perangkat dalam dunia jaringan komputer. Pengertian Router adalah perangkat jaringan yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa jaringan atau network, baik jaringan yang menggunakan teknologi sama atau yang berbeda, misalnya menghubungkan jaringan topologi Bus, topologi Star atau topologi Ring.

Karena router ini menghubungkan beberapa jaringan tentunya router berbeda dengan Switch. Switch hanya perangkat yang digunakan untuk menghubungkan beberapa komputer sehingga membentuk LAN atau local area network. Sedangkan router adalah perangkat yang menghubungkan satu LAN dengan banyak LAN lainnya.

Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork, atau untuk membagi sebuah jaringan besar ke dalam beberapa subnetwork untuk meningkatkan kinerja dan juga mempermudah manajemennya. Router juga kadang digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan media yang berbeda atau berbeda arsitektur jaringan, seperti halnya dari Ethernet ke Token Ring.

pengertian router - fungsi router - jenis router

Router umumnya dipakai untuk jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP, router jenis ini dinamakan IP Router. Internet merupakan contoh utama dari jaringan yang memiliki IP Router.

Umumnya router ada dua jenis, yaitu router statis dan router dinamis,
Router statis atau static router merupakan router yang memiliki tabel routing statis yang disetting dengan cara manual oleh para administrator jaringan. Sedangkan router dinamis atau rynamic router merupakan router yang memiliki dan membuat tabel routing dinamis dengan membaca lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan dengan router lainnya.

PC Router :

Pengertian PC router adalah sebuah komputer yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai router. Untuk membuat sebuah PC router tidak harus menggunakan komputer dengan spesifikasi yang tinggi. Komputer dengan prosesor pentium dua, hard drive 10 GB dan ram 64 serta telah tersedia LAN Card  sudah bisa digunakan sebagai PC router. Komputer yang dijadikan router ini harus diinstal dengan sistem operasi khusus untuk router. Sistem operasi yang populer untuk PC router saat ini adalah Mikrotik.

Itulah pejelasan mengenai pengertian router, fungsi router dan jenis-jenis router. Kami harap artikel pengertian router ini dapat melengkapi pengetahuan kamu di dunia komputer dan jaringan komputer.